Sabtu, 24 Mei 2008

Perang antar operator mulai terbuka dan vendor pun ikut berpartisipasi

Perkembangan pasar telepon seluler (ponsel) di Indonesia diikuti olehperkembangan penyedia jasa layanan (operator) seluler. Dalam waktu dekat,

Anda akan disuguhi pilihan operator yang lebih banyak. Munculnya
operator-operator baru ini mendorong para operator lama untuk berbenah dan
terus menelorkan inovasi-inovasi baru agar tidak ditinggalkan para
pelanggannya.

Pada awal perkembangan ponsel di Indonesia, teknologi yang digunakan adalah
NMT (Nordic Mobile Telepon) dengan frekuensi 450MHz. NMT memiliki jangkauan
yang cukup luas, sehingga bisa digunakan di daerah-daerah terpencil. Namun
ponsel NMT ini relatif besar sehingga tidak nyaman sebagai telepon yang bisa
dibawa ke mana-mana (mobile). Kemudian muncul teknologi AMPS (Advance Mobile
Phone System). AMPS menggunakan frekuensi yang lebih tinggi, 800MHz.
Jangkuannya tidak seluas NMT, tetapi ukuran handsetnya lebih kecil, sehingga
lebih populer sebagai telepon mobile.

Setelah NMT dan AMPS, masuklah teknologi GSM (Global System for Mobile
communication) yang menggunakan frekuensi 900Hz (Baca: Sejarah GSM). Layanan
Jaringan GSM pertama diperkenalkan Satelindo pada tahun 1994, disusul oleh
Excelcomindo tahun 1995, dan yang paling anyar adalah Telkomsel yang saat
ini belum genap berusia tiga tahun.

GSM yang sudah menggunakan standar digital dengan cepat menyisihkan
teknologi AMPS yang masih menggunakan sistem analog. Banyak pengguna AMPS
yang beralih ke GSM sehingga dalam kurun waktu beberapa tahun saja, pasar
GSM di Indonesia tumbuh pesat. Saat ini, pelanggan GSM diperkirakan lebih
90% dari total pemakai ponsel, atau jika dihitung dari total pelanggan tiga
operator GSM yang ada, sebanyak 4,6 juta. Jenis ponsel yang beredar saat ini
pun sebagian besar merupakan ponsel GSM.

Seiring dengan meningkatnya jumlah pelanggan tersebut, persaingan para
operator untuk menarik pelanggan pun semakin sengit. Tidaklah heran bila
semua operator berlomba untuk terus menerus mengembangkan luas cakupan
pelayanan, dengan meningkatkan jumlah antena pemancar atau disebut dengan
BTS (Base Transciever System), yang berfungsi menerima dan memancarkan
sinyal dalam wilayah jangkauan

Di tengah himpitan para operator GSM, para penyedia layanan AMPS masih terus
mencari celah dengan memberikan beberapa tawaran menarik. Komselindo
contohnya, menawarkan kartu Gesit dan Spirit yang memberikan tarif yang
lebih murah dibandingkan tarif GSM. Bagi pemakai yang tidak membutuhkan
komunikasi data, seperti SMS, tawaran ini cukup menarik.

CDMA

Setelah NMT, AMPS, dan GSM, para pengguna dan calon pengguna seluler kini
disuguhi layanan baru, yaitu CDMA (Code Division Multiple Access). CDMA yang
menggunakan sistem pengkodean ini merupakan teknologi digital seluler
terbaru yang pada mulanya digunakan untuk sistem komunikasi militer di AS.
Dengan ditetapkannya CDMA sebagai standar internasional oleh Asosiasi
Industri Telepon Seluler (CTIA), CDMA mulai digunakan di beberapa negara,
seperti Canada, Cina, Hongkong, India, Jepang, dan Rusia. Saat ini operator
CDMA yang sudah beroperasi di Indonesia adalah PT Komselindo. Mobisel yang
merupakan operator AMPS, kabarnya juga akan segera bermigrasi ke teknologi
CDMA.


Menurut Feisal Asegaf (Public Relations, PT Komselindo), secara teknik CDMA
berbeda dengan teknologi GSM, yang masih bermain di frekuensi sehingga bila
mencapai kapasitas maksimal akan terjadi gagal panggilan (drop call). "
Teknologi GSM masih menerapkan konsep TDMA (Time Division Multiple Access).
Percakapan dibagi berdasarkan time slot, atau pembagian waktu. Sedangkan
teknologi CDMA sudah menerapkan Kode (Code Division Multiple Access)".

Penerapan konsep kode ini memiliki beberapa keuntungan bagi pengguna. Kanal
yang disediakan dapat digunakan secara bersamaan, karena masing-masing
percakapan dibedakan dengan kode. "Kalau saya analogikan sebagai berikut,
dalam satu gedung pertemuan setiap orang melakukan percakapan tanpa saling
mengganggu dan diganggu secara bersamaan," jelas Feisal.

CDMA lebih ditujukan ke arah layanan multimedia yang membutuhkan biaya
besar. Saat ini kecepatan data CDMA adalah 14,4Kbps, sedangkan GSM 9,6Kbps.
Teknologi yang menggunakan konsep TDMA -- perkembangan teknologi setelah GSM
adalah GPRS -- masih bisa dikembangkan ke EDGE (Enhance Data Rate for Global
Evolution). "Ke depan menuju generasi ketiga nantinya hanya ada satu
teknologi yang digunakan, yaitu Wideband CDMA (W-CDMA), karena nantinya
kecenderungan teknologi mengarah ke layanan multimedia, di mana hal tersebut
membutuhkan data speed yang besar, di atas 2Mbps," tutur Feisal.

"Bila kita memasuki generasi W-CDMA, handset lama masih bisa digunakan. Ini
berbeda dengan GSM, bila memasuki ke sistem GPRS, maka baik infrastruktur
maupun handset semuanya harus baru. Begitu juga saat masuk ke teknologi EDGE
semuanya harus baru," tambah Feisal. Kelebihan CDMA antara lain, output
power yang sangat kecil, 200 miliwatt (0,20 watt), sehingga akan berpengaruh
terhadap efisiensi pemakaian batere.

Sayang karena CDMA ini masih baru, para manufaktur ponsel masih
melihat-lihat perkembangan pasarnya di Indonesia. "Kita lihat
perkembangannya nanti. Jika CDMA memang berkembang bagus di Indonesia Nokia
pasti akan masuk. Tetapi saat ini Nokia sedang fokus ke teknologi GSM menuju
GPRS. Nokia memproduksi ponsel CDMA untuk pasar AS dan Korea," ungkap Elvera
Nuriawati (Associate Consultant, Ogilvy)

Samsung yang merupakan raja CDMA di Korea, rencananya akan memasukkan 1000
unit ponsel CDMA ke Indonesia bulan ini. "CDMA cukup bagus untuk luar kota
atau pedalaman, apalagi kalau perkembangan dari provider cukup bagus. Di
Indonesia, GSM900 sudah penuh sehingg sering terjadi hambatan, seperti
koneksi putus, sedangkan CDMA bisa memberikan suara yang lebih jernih dari
GSM, dan keunggulan lain tidak bisa disadap", ungkap Lee Kang Hyun (General
Manager Marketing PT Samsung Electronic Indonesia).

"Kami masih akan melihat, kalau perkembangannya di Indonesia bagus, kami
berharap Samsung juga bisa pegang pasar nomer satu di Indonesia. Kendalanya,
masyarakat di Indonesia sendiri kurang tahu CDMA dan pemanfaatan teknologi
GSM yang sudah begitu luas sehingga pasar GSM masih tetap menjadi fokus
kami," tambahnya. Menurut Lee Kang Hyun, pemakai ponsel CDMA di Indonesia
saat ini baru sekitar 2000 pelanggan, yang menggunakan ponsel merek Motorola
dan Audiovox.

Selamat Datang Para Operator Baru

Dalam waktu dekat ini, pertarungan antar operator akan bertambah ramai,
utamanya dengan kehadiran dua operator seluler nasional, yaitu PT Indosat
Tbk dengan nama IM3 dan PT Telkom Tbk dengan nama TelkomMobile; dan tujuh
operator seluler swasta lain yang telah memperoleh ijin untuk memasarkan GSM
1800MHz. Ketujuh operator swasta tersebut meliputi PT Aria West
Internasional, PT Astratel Nusantara, PT Industri Telekomunikasi Indonesia,
PT Natrindo Global Telekomunikasi Indonesia, PT Perdana Lintas Semesta, PT
Primarindo Sistel, dan PT Kodel Margahayu. Padatnya kapasitas GSM 900,
dijawab dengan peningkatan frekuensi menjadi 1800 yang menyediakan kapasitas
lebih luas.

Munculnya operator-operator baru ini disambut gembira oleh para vendor
ponsel karena berarti ada peningkatan kapasitas jaringan sehingga pasar
ponsel lebih terbuka lebar. "Salah satu faktor penghambat perkembangan pasar
ponsel adalah keterbatasan kapasitas yang disediakan oleh para operator.
Akibatnya cari kartu sulit. Masuknya operator-operator baru berarti
penambahan kapasitas, sehingga menciptakan pasar baru," kata Felix Koesnaedi
(Supervisor Communication Division, Product Management, PT LG Electronics).

Lee Kang Hyun dari Samsung, selain menyambut baik juga menganjurkan agar
para operator baru tersebut dapat bekerjasama dengan operator yang sudah
ada. "Saat ini jaringan GSM900 sudah cukup padat, sehingga sambungan sering
tiba-tiba putus atau suara tidak jernih. Jika penyedia GSM 1800 mau
bekerjasama dengan para pemain GSM900, baru akan terasa bedanya. Misalnya
dalam pemanfaatan jaringan BTS, sehingga area coveragenya bisa luas, dan
pelanggan GSM900 akan merasakan manfaat dari peningkatan frekuensi
tersebut," katanya.

Bagi operator lama, munculnya pesaing-pesaing baru tersebut berarti mereka
harus berusaha memberikan nilai lebih kepada para pelanggan agar para
pelanggannya tetap setia.
Salah satu pemain GSM900 yang cepat menangkap kesempatan ini adalah
Telkomsel. Telkomsel yang saat ini memiliki jumlah pelanggan terbanyak,
sekitar 2,3 juta, telah bekerjasama dengan TelkomMobile untuk mengoperasikan
GSM dual-band (900 dan 1800). Telkomsel mendapat perluasan frekuensi GSM1800
sebesar 7,5MHz dari 7,5MHz di GSM900, dan TelkomMobile akan memperkuat
Telkomsel dengan Lisensi GSM1800 sebesar 15MHz, sehingga total bandwidth
yang dimiliki Telkomsel saat ini 30MHz.

Telkomsel yang sebelumnya telah memiliki 1600 BTS menambahkan 45 BTS GSM1800
di lokasi-lokasi yang memiliki trafik padat. Jaringan GSM1800 tersebut
diprioritaskan di daerah yang mempunyai pelanggan melebihi kapasitas yang
mampu disediakan GSM900. "Saat ini 45 BTS yang kami pasang di wilayah
Jakarta, dari arah Kota sampai Blok M," jelas Erik Meijer (General Manager
Marketing, PT Telekomunikasi Selular). "Pelanggan lama yang sudah
menggunakan ponsel dual-band akan merasakan manfaatnya, karena begitu di
saluran GSM900 penuh dapat langsung migrasi ke GSM1800 dengan smooth. Mereka
tidak akan merasakan perpindahan tersebut," tambahnya.

Tien Thin Pham (General Manager Marketing and Product Management, PT
Satelindo) memberikan tanggapan bahwa meningkatnya persaingan ini merupakan
hal yang sangat positif dan pasti menguntungkan bagi pelanggan. Sebab semua
operator akan berusaha secara maksimal untuk menyediakan mutu jasa layanan
yang semakin baik. "Secara mutlak, kepuasan pelanggan kini menjadi kewajiban
kami. 1,5 juta pelanggan harus menikmati layanan yang cukup baik dari
Satelindo. Kondisi ini menjadi contoh untuk perkembangan Satelindo ke depan,
dan kami akan berupaya untuk meningkatkan semua jasa layanan yang kami
sediakan."

Strategi para operator dalam menghadapi persaingan, menurut Tien Thin Pham,
terikat pada kebijakan tarif pemerintah. "Selama kondisi pasar terbuka,
dengan masuknya pemain-pemain baru, pengaruh para operator tetap sangat
minim apabila tarif diregulasi secara ketat oleh pemerintah. Sebaliknya,
jika perumusan tarif dibebaskan dari regulasi pemerintah (deregulasi),
kondisi ini akan menghasilkan peningkatan standar persaingan yang akan
berdampak positif bagi konsumen.

Tien Thin Pham juga mengatakan bahwa pemanfaatan teknologi baru tersebut
harus diimbangi dengan jasa-jasa layanan. "Dari segi teknologi, cara
pemanfaatan teknologi seperti GSM 1800 dan GPRS, yang tersedia dalam bentuk
jasa layanan merupakan faktor utama dalam merebut pangsa pasar. Dengan
Satelindo @ccess kami siap menghadapi persaingan," katanya. Satelindo @ccess
merupakan jenis layanan Mobile Data yang bisa diakses pelanggan dengan biaya
yang sama dengan pengiriman SMS biasa.

Persaingan yang semakin ketat tersebut memacu para operator untuk berlomba
menciptakan inovasi baru dan pemberian nilai tambah kepada konsumen, seperti
kerjasama lintas operator yang dilakukan tiga operator GSM, kebijakan
menghapus biaya roaming yang dilakukan oleh Satelindo dan Excelcomindo,
penyamarataan penghitungan tarif SLJJ dengan lokal yang dilakukan Satelindo,
dan sebagainya. Akhirnya konsumenlah yang selalu diuntungkan.

Tidak ada komentar: